Kamis, 28 Februari 2013

KKP Dorong Pengembangan Industri Perikanan

Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Gelwynn Jusuf mengatakan, KKP akan terus mendorong pengembangan industrialisasi kelautan dan perikanan berbasis komoditas unggulan yang ada di daerah yang semata-mata bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing dan produktivitas usaha.

"Program akan optimal melalui pengembangan dan modernisasi sistem produksi dan pemasaran yang terintegrasi dari hulu sampai dengan hilir," kata Gelwyn Yusuf di Jakarta (27/02/2013).

Dengan pendekatan industrialisasi diharapkan akan tercipta mata rantai usaha/industri perikanan dan kelautan nasional yang kuat dan kompetitif di tingkat global.

"Tentunya semua program tersebut memberi dukungan terhadap perluasan penyerapan tenaga kerja (pro job), kontribusi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional (pro growth), serta turut andil dalam penanggulangan kemiskinan (pro poor)," jelasnya.

Sebelumnya Menteri KKP Sharif C Sutardjo menyatakan, KKP  fokus dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bergerak di sektor kelautan dan perikanan. Hal ini diwujudkan dengan memberikan bantuan langsung kepada nelayan serta pelatihan.

"Dengan bantuan langsung dan pelatihan nantinya mereka (nelayan) diajarkan untuk bisa mandiri di sektor yang dijalani," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif.

Dia menjelaskan, melalui Peraturan Presiden nomor 15 Tahun 2010 tentang "Percepatan Penanggulangan Kemiskinan" dan Instruksi Presiden nomor 15 Tahun 2011 tentang "Perlindungan Nelayan" telah didorong program Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN).

Menurut dia, program tersebut secara efektif telah dilaksanakan sejak tahun 2011, dengan pencanangan kawasan PKN berbasis industrialisasi perikanan terpadu.

Rabu, 27 Februari 2013

Membasmi Kanker dengan Alga Cokelat

Potensi alga cokelat (T decurrens) sebagai antikanker diharapkan dapat menjadi obat antikanker baru yang "cespleng" dan aman bagi penderita tumor.
Penemuan khasiat alga cokelat sebagai antikaker ini berawal dari rasa empati Thamrin Wikanta terhadap ayah dan kakaknya yang menderita tumor ganas. Ihwal penyakit kanker sang ayah, Thamrin tidak mengetahui secara persis ceritanya karena saat itu masih duduk di bangku sekolah dasar. Dia hanya mengingat sebagian tubuh ayahnya mengalami benjol-benjol.
Namun, Thamrin ingat betul ketika kakak perempuannya divonis dokter menderita kanker payudara. Sang kakak disarankan dokter untuk menjalani kemoterapi, yakni terapi kanker dengan menggunakan zat kimia atau obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. 
"Berapa, Dok, biaya kemoterapi kakak saya?" tanya Thamrin kepada dokter. Saat itu, dokter hanya melempar senyum, lalu memintanya bertanya kepada perawat atau petugas administrasi. 
Dengan melontarkan pertanyaan yang sama kepada perawat, Thamrin juga mendapat jawaban senyum. Ketika bertanya pada petugas administrasi, dia berharap memperoleh jawaban sebenarnya. 
"Biaya kemoterapi relatif mahal, mulai dari 10 juta rupiah hingga 100 juta rupiah," kata Thamrin menirukan perkataan petugas administrasi pada tahun ’90-an di sebuah rumah sakit di Jakarta. Kala itu, dia hanya melongo karena tidak bisa berbuat banyak.
Sejak peristiwa itu, Thamrin banyak membaca buku tentang penyakit kanker dan upaya penyembuhannya. Kebetulan ada koleganya yang memberi buku karya ilmuwan asing tentang khasiat makroalga (rumput laut) sebagai antikanker. 
Gayung bersambut. Thamrin kemudian menjadi peneliti bioteknologi di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi (BBP4B) Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP), Jakarta.
Kebetulan, dia banyak meneliti rumput laut asal Indonesia untuk bahan pangan. Bekal penelitian itu diharapkan akan memudahkannya mencari bahan baku yang mengandung senyawa aktif untuk melawan kanker. 
Namun, inisiatif untuk meneliti khasiat rumput laut sebagai bahan baku obat atau sekadar makanan suplemen penderita kanker tidak berjalan mulus. Proposal penelitiannya berkali-kali ditolak karena fokus utama lembaganya saat itu masih berkutat pada riset rumput laut untuk bahan pangan. 

Bahan Baku Obat
Blak, pintu penelitian tentang bahan baku obat dari produk kelautan itu terbuka ketika ada pergantian pucuk pimpinan tempat Thamrin mengabdikan diri. Selanjutnya, dia menggandeng teman-temannya untuk meneliti rumput laut yang tersebar di Indonesia sebagai bahan baku obat atau suplemen penderita kanker. 
"Awalnya, saya meneliti 19 jenis rumput laut hijau, merah, dan cokelat. Akhirnya, penelitian terkonsentrasi pada jenis rumput laut cokelat Turbinaria decurrens yang ekstraknya paling berpotensi sebagai antitumor," ungkap Thamrin di laboratoriumnya, awal pekan lalu. 
Di Indonesia, keberadaan rumput laut cokelat itu sangat berlimpah dan berpotensi dibudidayakan. "Rumput laut punya potensi lebih mudah untuk dibudidayakan daripada biota laut lain yang juga mengandung senyawa aktif untuk melawan sel kanker," tambah Koordinator Kelompok Riset Bioteknologi BBP4B Balitbang KP, Ekowati Chasanah.
Sejauh ini, hasil penelitian terdahulu menunjukkan rumput laut cokelat ini mengandung senyawa kimia klorofil a dan klorofil c, β-karoten (baca: beta karoten), violasantin dan fukosantin, pirenoid, filakoid, selulosa, dan algin. 
Pigmen karoten diketahui memiliki sifat antioksidan sehingga mampu bertindak sebagai pemusnah radikal bebas hasil proses metabolisme dalam tubuh. Antioksidan adalah zat yang mampu memperlambat oksidasi oleh radikal bebas. 
Mekanisme kerja antioksidan dalam mencegah penyakit dengan menetralkan dan menghancurkan radikal bebas. Pasalnya, radikal bebas ini dapat merusak biomolekul seperti DNA, protein, lipoprotein di dalam tubuh yang akhirnya dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif, terutama kanker.

Mengungkap Bioaktif
Untuk mencari senyawa aktif dalam rumput laut cokelat, menurut peneliti bioteknologi BBP4B, Nurrahmi Dewi Fajarningsih, diawali dengan mengekstrak sampel rumput laut cokelat. Hasil ekstrak kasar itu kemudian dipisah-pisahkan (fraksinasi) untuk mencari senyawa bioaktif yang spesifik membunuh sel kanker. 
Perempuan yang akrab disapa Dewi itu menguji senyawa bioaktif dalam rumput laut cokelat sebagai antikanker mulut rahim (serviks) dan kanker payudara. 
Apa sebab? Terlepas dari kisah Thamrin sebelumnya, menurut Dewi, penderita kedua jenis kanker tersebut paling banyak di Indonesia. Dalam Global Cancer Statistic 2008, dilaporkan angka kematian penderita kanker payudara di Indonesia mencapai 20.052, sementara angka kematian akibat kanker serviks berjumlah 7.493.
Tingginya tingkat kematian tersebut lantaran sebagian besar penderita kanker terlambat mendapat penanganan medis dengan berbagai alasan. Pada sisi lain, tidak sedikit obat-obat sintentik kanker telah resisten atau tidak semua orang respons terhadap obat-obat kanker yang ada.
Bersyukur, dalam uji invitro, Dewi mampu membuktikan ekstrak T decurrens punya potensi bioaktif sebagai antikanker serviks, namun kurang berpotensi sebagai antikanker payudara.
Agar khasiat rumput laut cokelat itu lebih mujarab, ekstrak T decurrens perlu ditingkatkan kualitasnya. "Semakin murni, maka bioaktivitasnya akan makin bagus," tukas Dewi. Selain itu, mekanisme aksi secara molekuler dari senyawa bioaktif T decurrens sebagai antikanker serviks dipelajari, yaitu melalui jalur apoptosis (bunuh diri sel secara terprogram). 
Hasil penelitian potensi T decurrens yang kaya senyawa fukosantin sebagai antikanker itu nantinya diharapkan dapat menjadi obat antikanker baru yang cespleng dan aman bagi penderita kanker. agung wredho

Mewujudkan Harapan Hidup Penderita Tumor
Sekarang ini, Thamrin juga tengah mencoba menyalut ekstrak rumput laut cokelat dalam partikel nano.
Jalan untuk mengantarkan ekstrak alga cokelat sebagai kandidat obat antikanker baru sudah dimulai oleh para peneliti bioteknologi di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi (BBP4B) Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP)masih teramat jauh.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sSetidaknya, ada lima langkah yang harus dilalui, yakni skrining (screening), identifikasi senyawa aktif dan uji khasiat (uji bioaktivitas), optimasi produksi senyawa aktif, uji keamanan praeklinis, dan uji klinis empat tahap (I-IV). Beberapa tahapan tersebut telah dilakukan oleh peneliti BBP4B, sedangkan uji keamanan berupa uji klinis belum dilakukan. 
Walau begitu, para peneliti bioteknologi di Balai Besar Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi (BBP4B) Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) Sampai sekarang, mereka terus berupaya berkolaborasi dengan para ilmuwan bidang lainnya dari lembaga penelitian dan pengembangan berbeda. "Untuk mewujudkan obat baru ini, kami tidak bisa bekerja sendiri tanpa dukungan dari bidang ilmu dari berbagai instansi lainnya dan industri," ujar Kelompok Riset Bioteknologi BBP4B Balitbang KP, Ekowati Chasanah.
Sebagai contoh, untuk membuktikan senyawa aktif dari rumput laut cokelat mampu mengatasi multi obat resisten (multidrug resistant) terhadap penyakit kanker, maka BBP4B Balitbang KP akan bergandengan tangan dengan menggandeng para peneliti dari Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. 
"Kerja sama tersebut untuk menjawab apakah mungkin alga cokelat ini mengatasi permasalahan multidrug ressistant terhadap penyakit kanker dan akibat mikroorganisme seperti bakteri," kata Ekowati. 
Peneliti bioteknologi, Thamrin Wikanta, menambahkan BBP4B Balitbang KP juga menjalin kerja sama dengan peneliti dari Universitas Pancasila dan Universitas Indonesia untuk uji praklinis, seperti keefektifanitas (dosis) dan toksisitas, sehingga nantinya ekstrak dari rumput laut cokelat itu aman untuk digunakan penderita kanker. 
Selain itu, sekarang ini Thamrin juga tengah mencoba menyalut ekstrak rumput laut cokelat dalam partikel nano. "Sedang diutak-utik untuk memilih yang paling aktif terserap dalam pembuluh darah," kata Thamrin. 
Sembari penelitian obat tetap berjalan, Ekowati juga mencoba menjajaki kerja sama dengan institusi lainnya untuk mengembangkan bahan baku kandidat obatherbal antikanker yang terstandar. Pasalnya, selama ini, bahan baku yang digunakan untuk penelitian menggunakan rumput laut cokelat T decurrens dari zona pasang surut pantai Binuangeun, Banten. 
Dengan kata lain, bukan hasil budi daya rumput laut. Sebab, apabila rumput laut cokelat ini akan dikembangkan, perlu dikaji budi dayanya di perairan yang baik dan sesuai. "Kami inginberharap mengembangkan budidaya rumput laut cokelat dibudidayakan di perairan yang bebas dari kontaminandari alam belum terjamin tingkat keamanannya, sementara rumput laut memiliki kemampuan menyerap kontaminan dengan baik," kata Ekowati.
Hal tersebut perlu dilakukan karena rumput laut memiliki kemampuan menyerap kontaminan seperti logam berat dengan baik.Itu Karena itu, rumput laut sebagai bahan baku herbal terstandar ataupun obat harus dihasilkan dari perairan yang bersih dari polusi dan aman, tidak mengandung kontaminan. 
Apabila upaya budi daya rumput laut cokelat ini berhasil, pungkas Ekowati, maka akan memudahkan industri yang tertarik untuk mengembangkan rumput laut cokelat ini penelitian potensi kandidat obat antikanker lebih lanjut. 
Akhir cerita, semoga ada industri yang menyambut hasil penelitian ini dan menyambungkan dengan tahap komersialisasi sehingga ada obat kanker asal perairan Indonesia yang murah dan terjangkau oleh masyarakat Indonesia, semua tahapan penelitian ekstrak alga cokelat sebagai obat antikanker baru dapat tercapai agar banyak nyawa terselamatkan. 

Foto: Kasad TNI Bertemu Menteri Kelautan dan Perikanan, Ada Apa?

Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo dan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Sharif C. Sutardjo, melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara TNI AD dan KKP RI bertempat di Kementerian Kelautan dan Perikanan RI Jakarta, Selasa (26/2/2013)
Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo dan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Sharif C. Sutardjo, melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara TNI AD dan KKP RI bertempat di Kementerian Kelautan dan Perikanan RI Jakarta, Selasa (26/2/2013).
Nota Kesepahaman antara TNI AD dan KKP difokuskan pada kerjasama untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional melalui industrialisasi perikanan. Disamping MoU yang ditandatangani oleh Kasad dan Menteri KKP, juga ditandatangani dua dokumen MoU turunannya masing-masing antara Dirjen Perikanan dan Budidaya KKP RI dengan Aster Kasad tentang pengembangan budidaya tambak udang dalam mendukung industrialisasi perikanan budidaya, serta antara Kepala Badan Sumber Daya Manusia KKP RI dengan Aster Kasad tentang pelatihan dan penyuluhan kelautan perikanan dalam rangka pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia.
Dalam jumpa pers yang digelar usai penandatangan, Sharif menyampaikan bahwa jumlah penyuluh yang dimiliki KKP masih terbatas jumlahnya. Oleh karena itu, pihaknya menilai keberadaan Bintara Pembina Desa (Babinsa) TNI AD sebagai solusi untuk membina masyarakat di pedesaan, khususnya bagi nelayan dan masyarakat pesisir terkait program-program KKP yang berkaitan dengan ketahanan pangan, diantaranya kampanye Gemar Makan Ikan (Gemarikan).
Kasad sendiri menyatakan menyambut baik kerjasama ini. Menurutnya, pangan adalah kunci di masa depan, titik kuat suatu bangsa adalah pangan. “Kalau kita punya ketahanan pangan, dimanapun prajurit bertugas, ia akan memberikan yang terbaik untuk menjaga keutuhan wilayah NKRI ini. Saya yakin itu!” tegas Kasad.
Dikatakan pula oleh Kasad, dirinya tak ragu mengatakan “Yes!” ketika menteri mengajak bergabung, sebab kerjasama ini memberikan manfaat yang besar bagi prajurit. Dimana Babinsa nantinya akan diberikan pembinaan dan pengasahan kemampuan dalam lingkup bidang KKP, misalnya diajarkan tentang tehnik budidaya ikan. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi prajurit, karena selain pekarangan Satuan TNI AD dapat dimanfaatkan, ikan hasil budidaya selain bisa dikonsumsi sendiri, jika berlebih bisa dijual sebagai tambahan penghasilan bagi para prajurit. Kasad juga menyampaikan bahwa hal ini sejalan dengan keberadaan Babinsa yang memang diproyeksikan untuk kembali ke desanya masing-masing dalam rangka mempersiapkan diri untuk pensiun. Sehingga, dengan kemampuan yang dimilikinya nanti, selain membina masyarakat di desanya, para prajurit ini telah siap menghadapi pensiun.
Menanggapi pertanyaan wartawan tentang bagaimana pelaksanaan MoU ini dilapangan, Kasad menyampaikan bahwa selain membina masyarakat untuk membudidayakan ikan dalam tambak, Babinsa juga melakukan pengamanan dengan berpatroli dan berkomunikasi dengan masyarakat sekitar tambak agar mereka tidak mudah termakan isu-isu tidak baik yang disebarkan oleh orang yang berniat mengambil keuntungan yang bukan haknya, terutama pada masa menjelang panen.
Penandatangan MoU tersebut, dirangkaikan dengan seminar tentang TNI AD Mendukung Industrialisasi Kelautan dan Perikanan, yang dihadiri oleh para Aster Kodam dan para penyuluh perikanan. Seminar tersebut bertujuan untuk memahami program kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui revitalisasi tambak serta penyuluhan sampai ke tingkat pedesaan di seluruh Indonesia.

IGJ: Jangan Biarkan Asing Kuasai Sektor Perikanan

Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia for Global Justice (IGJ) mengingatkan agar pemerintah jangan sampai membiarkan berbagai pihak asing menguasai sektor kelautan dan perikanan di dalam negeri. "Industrialisasi perikanan memperluas penguasaan asing dari sektor hulu hingga hilir," kata Direktur Eksekutif IGJ, M Riza Damanik, kepada Antara di Jakarta, Selasa.

Selain itu, ujar dia, pihak asing juga dinilai berkontribusi besar terhadap menjamurnya pencurian ikan di wilayah perairan Indonesia, tingginya angka impor, bahkan juga dapat membuat kualitas hidup rakyat yang menggantungkan hidupnya di sektor kelautan dan perikanan semakin rendah.

Menurut Riza, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai perpanjangan tangan pemerintah di sektor kelautan dan perikanan dinilai tidak percaya dengan kekuatan dalam negeri.

Ia berpendapat, hal itu terindikasi dari berbagai kebijakan yang memberikan insentif kepada asing untuk mengelola sektor hulu hingga hilir perikanan di Indonesia.

Sebelumnya, pengamat ekonomi dan juga Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN), Aviliani, mengatakan bahwa banyak investor asing yang masih belum berinvestasi untuk sektor riil di Indonesia.

"Indonesia akan tetap menarik bagi para investor untuk menaruh uangnya di Indonesia. Namun, untuk sektor riil masih banyak kendala dalam kebijakan kita," kata Aviliani, di Jakarta, Senin (28/1).

Aviliani menjelaskan bahwa banyak perubahan-perubahan kebijakan yang tidak mengantisipasi para investor sehingga para investor yang menanyakan tentang kepastian hukum di Indonesia.

"Hal tersebut mengakibatkan banyak investor yang menaruh uangnya di pasar modal, dan hal itu harus dikurangi," katanya.

Selasa, 26 Februari 2013

Pengaruh Formalin Bagi Sistem Tubuh

Berdasarkan hasil investigasi dan pengujian laboratorium yang dilakukan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (POM) di Jakarta, ditemukan sejumlah produk pangan seperti ikan asin, mi basah, dan tahu yang memakai formalin sebagai pengawet. Produk pangan berformalin itu dijual di sejumlah pasar dan supermarket di wilayah DKI Jakarta, Banten, Bogor, dan Bekasi. Adanya bahan aditif dan pengawet berbahaya dalam makanan ini sebenarnya sudah lama menjadi rahasia umum. Tetapi masalah klasik tersebut kembali menjadi pembicaraan hangat akhir tahun ini karena temuan Balai POM. Fakta ini lebih menyadarkan masyarakat bahwa selama ini terdapat bahaya formalin yang mengancam kesehatan yang berasal dari konsumsi makanan sehari-hari. Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10-40% dari formaldehid. Bahan ini biasanya digunakan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet. Formalin mempunyai banyak nama kimia diantaranya adalah : Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formic aldehyde, Formalith, Tetraoxymethylene, Methyl oxide, Karsan, Trioxane, Oxymethylene dan Methylene glycol. Di pasaran, formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan, dengan kandungan formaldehid 10-40 persen.
Formalin Dalam Kehidupan Sehari-hari
Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di sektor industri sebenarnya formalin sangat banyak manfaatnya. Formaldehid memiliki banyak manfaat, seperti anti bakteri atau pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Dalam dunia fotografi biasaya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea, bahan pembuatan produk parfum, pengawet produk kosmetika, pengeras kuku dan bahan untuk insulasi busa. Formalin juga dipakai sebagai pencegah korosi untuk sumur minyak.. Di bidang industri kayu sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood). Dalam konsentrasi yag sangat kecil (<1 persen) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet. Di industri perikanan, formalin digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup di sisik ikan. Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit ikan akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir. Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas amannya sangat rendah, sehinggga terkadang ikan yang diobati malah mati akibat formalin daripada akibat penyakitnya. Formalin banyak digunakan dalam pengawetan specimen ikan untuk keperluan penelitian dan identifikasi. Di dunia kedokteran formalin digunakan untuk pengawetan mayat manusia untuk dipakai dalam pendidikan mahasiswa kedokteran. Untuk pengawetan biasanya digunakan formalin dengan konsentrasi 10%.
Besarnya manfaat di bidang industri ini ternyata disalahgunakan untuk penggunaan pengawetan industri makanan. Biasanya hal ini sering ditemukan dalam industri rumahan, karena mereka tidak terdaftar dan tidak terpantau oleh Depkes dan Balai POM setempat. Bahan makanan yang diawetkan dengan formalin biasanya adalah mi basah, tahu, bakso, ikan asin dan beberapa makanan lainnya. Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air, sebagai bahan pengawet biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen. Bila tidak diberi bahan pengawet makanan seperti tahu atau mi basah seringkali tidak bisa tahan dalam lebih dari 12 jam.
Formaldehid juga dipakai untuk reaksi kimia yang bisa membentuk ikatan polimer, dimana salah satu hasilnya adalah menimbulkan warna produk menjadi lebih cerah. Sehingga formalin dipakai di industri plastik. bahan pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca. Sehingga formalin juga banyak dipakai di produk rumah tangga seperti piring, gelas dan mangkuk yang berasal dari plastik atau melamin. Bila piring atau gelas tersebut terkena makanan atau minutan panas maka bahan formalin yang terdapat dalam gelas akan larut. Dari penelitian hasil air rebusan yang kemudian dibawa ke Laboratorium Kimia Universitas Indonesia, ini didapatkan hasil, bahwa kandungan formalin pada hampir semua produk yang diteliti, kandungan formalin sangat tinggi antara 4,76 – 9,22 miligram per liter.
Barang-barang tersebut bila digunakan dalam keadaan dingin sebenarnya tidak berbahaya. Tetapi sangat berbahaya bila wadah-wadah ini dipakai untuk menaruh bahan makanan panas seperti membuat minuman teh, kopi, atau makanan berkuah panas.
Bahaya Paparan Formalin
Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu mulut dan pernapasan. Sebetulnya, sehari-hari kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar. Polusi yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik, mengandung formalin yang mau tidak mau kita hirup, kemudian masuk ke dalam tubuh. Asap rokok atau air hujan yang jatuh ke bumi pun sebetulnya juga mengandung formalin.
Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa : luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia. Jika kandungan dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan kerusakan pada organ tubuh. Formalin merupakan zat yang bersifat karsinogenik atau bisa menyebabkan kanker. Beberapa penelitian terhadap tikus dan anjing pemberian formalin dalam dosis tertentu jangka panjang secara bermakna mengakibatkan kanker saluran cerna seperti adenocarcinoma pylorus, preneoplastic hyperplasia pylorus dan adenocarcinoma duodenum. Penelitian lainnya menyebutkan pengingkatan resiko kanker faring (tenggorokan), sinus dan cavum nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan.
Dalam jumlah sedikit, formalin akan larut dalam air, serta akan dibuang ke luar bersama cairan tubuh. Sehingga formalin sulit dideteksi keberadaannya di dalam darah. Imunitas tubuh sangat berperan dalam berdampak tidaknya formalin di dalam tubuh. Jika imunitas tubuh rendah atau mekanisme pertahanan tubuh rendah, sangat mungkin formalin dengan kadar rendah pun bisa berdampak buruk terhadap kesehatan. Usia anak khususnya bayi dan balita adalah salah satu yang rentan untuk mengalami gangguan ini. Secara mekanik integritas mukosa (permukaan) usus dan peristaltik (gerakan usus) merupakan pelindung masuknya zat asing masuk ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi zat berbahaya tersebut. Secara imunologik sIgA (sekretori Imunoglobulin A) pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal zat asing masuk ke dalam tubuh. Pada usia anak, usus imatur (belum sempurna) atau sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh sulit untuk dikeluarkan. Hal ini juga akan lebih mengganggu pada penderita gangguan saluran cerna yang kronis seperti pada penderita Autism, penderita alergi dan sebagainya.
Menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety), secara umum ambang batas aman di dalam tubuh adalah 1 miligram per liter. IPCS adalah lembaga khusus dari tiga organisasi di PBB, yaitu ILO, UNEP, serta WHO, yang mengkhususkan pada keselamatan penggunaan bahan kimiawi. Bila formalin masuk ke tubuh melebihi ambang batas tgersebut maka dapat mengakibatkan gangguan pada organ dan system tubuh manusia. Akibat yang ditimbulkan tersebut dapat terjadi dalam waktu singkat atau jangka pendek dan dalam jangka panjang, bisa melalui hirupan, kontak langsung atau tertelan.
Akibat jangka pendek yang terjadi biasanya bila terpapar formalin dalam jumlah yang banyak, Tanda dan gejala akut atau jangka pendek yang dapat terjadi adalah bersin, radang tonsil, radang tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual, diare dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.
Bila terhirup formalin mengakibatkan iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk. Kerusakan jaringan sistem saluran pernafasan bisa mengganggu paru-paru berupa pneumonia (radang paru) atau edema paru ( pembengkakan paru).
Bila terkena kulit dapat menimbulkan perubahan warna, kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar. Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya sakit, gata-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata.
Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan , sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal.
Meskipun dalam jumlah kecil, dalam jangka panjang formalin juga bisa mengakibatkan banyak gangguan organ tubuh. Apabila terhirup dalam jangka lama maka akan menimbulkan sakit kepala, gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru. Gangguan otak mengakibatk efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, gangguan emosi, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi, daya ingat berkurang dan gangguan perilaku lainnya. Dalam jangka panjang dapat terjadi gangguan haid dan kemandulan pada perempuan. Kanker pada hidung, ronggga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak juga bisa terjadi.
Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung. Jika terkena mata, bahaya yang paling menonjol adalah terjadinya radang selaput mata. Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada.
Penanganan Bila Terpapar Formalin
Bila terkena hirupan atau terkena kontak langsung formalin, tindakan awal yang harus dilakukan adalah menghindarkan penderita dari daerah paparan ke tempat yang aman. Bila penderita sesak berat, kalau perlu gunakan masker berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernafasan buatan. Bila terkena kulit lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena formalin. Cuci kulit selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air yang banyak dan dipastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada bagian yang terbakar, lindungi luka dengan pakaian yag kering, steril dan longgar.
Bilas mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-kedipkan. Pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata. Aliri mata dengan larutan dengan larutan garam dapur 0,9 persen (seujung sendok teh garam dapur dilarutkan dalam segelas air) secara terus-menerus sampai penderita siap dibawa ke rumah sakit atau ke dokter. Bila tertelan segera minum susu atau norit untuk mengurangi penyerapan zat berbahaya tersebut. Bila diperlukan segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit.
Yang lebih menyulitkan adalah pemantauan efek samping jangka panjang. Biasanya hal ini terjadi akibat paparan terhadap formalin dalam jumlah kecil. Dalam jangka pendek akibat yang ditimbulkan seringkali tanpa gejala atau gejala sangat ringan. Jangka waktu tertentu gangguan dan gejala baru timbul.
Bagaimana Menyikapinya ?
Isu adanya formalin yang terdapat dalam bahan makanan dan alat makan sehar-hari ini memang harus diwaspadai. Tetapi sebaiknya tidak harus disikapi secara berlebihan. Bukan berarti kita harus sama sekali tidak makan tahu, bakso, mi basah atau ikan asin. Atau kita tidak harus menghindari bahan plastik atau melamin untuk alat makan kita. Karena tidak semua bahan makanan atau alat makan tersebut mengandung formalin. Yang penting konsumen harus jeli dengan memperhatikan kualitas makanan dan alat makan yang dibeli atau dipakai.
Untuk alat makan berasal dari plastik atau melamin, kalau mudah sekali pudar atau kusam, berarti bahannya banyak yang terkikis maka produk seperti ini perlu dihindari. Jika tidak yakin akan kualitas produk melamin yang Anda punya, sebaiknya jangan gunakan piranti makan tersebut untuk makanan serta minuman panas. Untuk makanan dingin, biasanya tidak berbahaya. Formalin yang sudah membentuk polimer dalam keadaan dingin sulit untuk terurai.
Dalam mengonsumsi bahan makanan kita harus mencermati makanan yang mengandung formalin. Kalau tahu tahan sampai berhari-hari, kenyal dan padat sangat mungkin mengandung formalin. Sebetulnya, makanan yang mengandung formalin memiliki bau yang khas, sehingga bisa dideteksi oleh orang awam sekalipun.
Pencegahan paparan langsung terhadap formalin harus dilakukan, khususnya bagi pekerja industri yang memakai formalin. Agar tidak terhirup gunakan alat pelindung pernafasan, seperti masker, kain atau alat lainnya yang dapat mencegah kemungkinan masuknya formalin ke dalam hidung atau mulut. Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan) yang tahan ledakan. Gunakan pelindung mata atau kacamata pengaman yang tahan terhadap percikan. Sediakan kran air untuk mencuci mata di tempat kerja yang berguna apabila terjadi keadaan darurat. Pencegahan paparan pada kulit sebaiknya menggunakan sarung tangan dan pakaian pelindung bahan kimia yang tahan terhadap bahan kimia. Hindari makan, minum dan merokok selama bekerja atau cuci tangan sebelum makan.
Meskipun dampaknya sangat berbahaya jika terakumulasi di dalam tubuh, sangatlah tidak bijaksana jika melarang penggunaan formalin. Banyak industri memerlukan formalin sehingga harus bijaksana dalam menggunakannya. Paling utama adalah dengan tidak menggunakannya pada makanan, karena masih ada pengawet makanan yang aman. Depkes atau Badan POM beserta instansi terkait harus mengawasi secara ketat dan terus menerus dalam masalah ini.

Efektifitas Lendir Ikan Sidat dapat Menghambat Penyakit Tipes

Pernahkan anda menangkap ikan sidat? Kenapa Ikan sidat licin sekali ketika dipegang? Nah ternyata dikulit ikan sidat terdapat lendir yang sekaligus sebagai pelindung bagi sidat itu sendiri, lendir dalam tubuh ikan sidat akan berkurang karena sering disentuh, stress, atau terkena penyakit maka ketahan tubuh sidat akan menurun drastis.

Lendir pada ikan sidat sekarang mampu untuk dijadikan obat sebagai anti bakteri, dari berbagai penyakit ternyata Angka kejadian penyakit tipes di Indonesia rata-rata 900.000 kasus pertahun, angka kematian lebih dari 20.000 dimana 90% kasus terjadi pada usia 3-19 tahun. Penyebaran penyakit ini diperantarai makanan atau air yang terkontaminasi oleh bakteri salmonella thypii. Telah dilakukan penelitian bahwa lendir atau mucus pada kulit ikan sidat dapat berfungsi sebagai antibakteri kuat (Ebran et al., 2000), pertahanan terhadap infeksi bakteri (Aranishi, 2000). 

Spesies ikan sidat (Anguilla bicolor pasifica) banyak terdapat di perairan payau yang berada di sekitar Samudra Hindia (di sebelah barat Pulau Sumatera dan selatan Pulau Jawa). Kabupaten Cilacap memiliki wilayah perairan payau yang menjadi hutan bakau yaitu di Anakan. Penelitian ini dilakukan secara praklinik untuk mengetahui pengaruh lendir sidat terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri salmonella thypii.

Desain penelitian pada penelitian ini adalah eksperimen murni. Penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol. Penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol normal, kontrol positif,  dan kelompok uji dengan menggunakan lendir sidat. Pengamatan uji aktifitas lendir sidat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella Thypii diukur dengan cara pengukuran diameter zona penghambatan.

Kelompok   I      : media + bakteri diberi aquadest sebagai kontrol normal. Kelompok II    : media + bakteri  diberi obat antimikroba (kloramfenikol) sebagai  kontrol    positif. Kelompok III: media + bakteri diberi lendir sidat (Uji). Hasil percobaan menunjukkan bahwa penghambatan terbesar lendir sidat terhadap bakteri Salmonella thypii adalah 44,05% dan penghambatan terendah sebesar 34,67% dengan rata-rata penghambatan 41, 08% dibandingkan dengan penghambatan kontrol positif kloramfenikol.

Sumbar Tingkatkan Nilai Tambah Produksi Perikanan

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) melalui satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait kembali melaksanakan program peningkatan nilai tambah produksi perikanan Tahun Anggaran 2013.

"Peningkatan nilai tambah ini juga untuk menaikkan daya saing produk perikanan Sumbar, baik produksi ikan darat, budi daya, maupun perikanan tangkap dan laut," kata Gubernur Sumbar Irwan Prayitno di Padang, Sabtu (23/2).

Ia menjelaskan produksi perikanan daerah Sumbar dilaksanakan melalui satu program dengan enam kegiatan yang pendanaannya  dialokasikan dengan APBD 2013 senilai Rp1,22 miliar. Program itu dilaksanakan Dinas Kelautan dan Perikanan.

Peningkatan nilai tambah dan daya saing itu antara lain dalam rangka meningkatkan ekspor, baik volume maupun nilai produksi perikanan Sumbar.

Realisasi volume dan nilai ekspor produk perikanan dalam periode I Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Sumbar 2006-2010 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.

Meski volume dan nilainya berfluktuasi, pertumbuhan ekspor perikanan Sumbar meningkat cukup pesat, dengan volume ekspor tumbuh hingga 639,94% dan nilai ekspor tumbuh hingga 887,19%.