Berdasarkan hasil
investigasi dan pengujian laboratorium yang dilakukan Balai Besar
Pengawasan Obat dan Makanan (POM) di Jakarta, ditemukan sejumlah produk
pangan seperti ikan asin, mi basah, dan tahu yang memakai formalin
sebagai pengawet. Produk pangan berformalin itu dijual di sejumlah pasar
dan supermarket di wilayah DKI Jakarta, Banten, Bogor, dan Bekasi.
Adanya bahan aditif dan pengawet berbahaya dalam makanan ini sebenarnya
sudah lama menjadi rahasia umum. Tetapi masalah klasik tersebut kembali
menjadi pembicaraan hangat akhir tahun ini karena temuan Balai POM.
Fakta ini lebih menyadarkan masyarakat bahwa selama ini terdapat bahaya
formalin yang mengancam kesehatan yang berasal dari konsumsi makanan
sehari-hari. Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi
10-40% dari formaldehid. Bahan ini biasanya digunakan sebagai
antiseptic, germisida, dan pengawet. Formalin mempunyai banyak nama
kimia diantaranya adalah : Formol, Methylene aldehyde, Paraforin,
Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform,
Superlysoform, Formic aldehyde, Formalith, Tetraoxymethylene, Methyl
oxide, Karsan, Trioxane, Oxymethylene dan Methylene glycol. Di pasaran,
formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan, dengan
kandungan formaldehid 10-40 persen.
Formalin Dalam Kehidupan Sehari-hari
Formalin sudah sangat
umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di sektor industri
sebenarnya formalin sangat banyak manfaatnya. Formaldehid memiliki
banyak manfaat, seperti anti bakteri atau pembunuh kuman sehingga
dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi
lalat dan berbagai serangga lain. Dalam dunia fotografi biasaya
digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas. Bahan pembuatan
pupuk dalam bentuk urea, bahan pembuatan produk parfum, pengawet produk
kosmetika, pengeras kuku dan bahan untuk insulasi busa. Formalin juga
dipakai sebagai pencegah korosi untuk sumur minyak.. Di bidang industri
kayu sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood). Dalam
konsentrasi yag sangat kecil (<1 persen) digunakan sebagai pengawet
untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan
pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan
karpet. Di industri perikanan, formalin digunakan untuk menghilangkan
bakteri yang biasa hidup di sisik ikan. Formalin diketahui sering
digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit ikan akibat ektoparasit
seperti fluke dan kulit berlendir. Meskipun demikian, bahan ini juga
sangat beracun bagi ikan. Ambang batas amannya sangat rendah, sehinggga
terkadang ikan yang diobati malah mati akibat formalin daripada akibat
penyakitnya. Formalin banyak digunakan dalam pengawetan specimen ikan
untuk keperluan penelitian dan identifikasi. Di dunia kedokteran
formalin digunakan untuk pengawetan mayat manusia untuk dipakai dalam
pendidikan mahasiswa kedokteran. Untuk pengawetan biasanya digunakan
formalin dengan konsentrasi 10%.
Besarnya manfaat di
bidang industri ini ternyata disalahgunakan untuk penggunaan pengawetan
industri makanan. Biasanya hal ini sering ditemukan dalam industri
rumahan, karena mereka tidak terdaftar dan tidak terpantau oleh Depkes
dan Balai POM setempat. Bahan makanan yang diawetkan dengan formalin
biasanya adalah mi basah, tahu, bakso, ikan asin dan beberapa makanan
lainnya. Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat
menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid
dalam air, sebagai bahan pengawet biasanya ditambahkan metanol hingga 15
persen. Bila tidak diberi bahan pengawet makanan seperti tahu atau mi
basah seringkali tidak bisa tahan dalam lebih dari 12 jam.
Formaldehid juga dipakai untuk reaksi kimia yang bisa membentuk
ikatan polimer, dimana salah satu hasilnya adalah menimbulkan warna
produk menjadi lebih cerah. Sehingga formalin dipakai di industri
plastik. bahan pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca.
Sehingga formalin juga banyak dipakai di produk rumah tangga seperti
piring, gelas dan mangkuk yang berasal dari plastik atau melamin. Bila
piring atau gelas tersebut terkena makanan atau minutan panas maka bahan
formalin yang terdapat dalam gelas akan larut. Dari penelitian hasil
air rebusan yang kemudian dibawa ke Laboratorium Kimia Universitas
Indonesia, ini didapatkan hasil, bahwa kandungan formalin pada hampir
semua produk yang diteliti, kandungan formalin sangat tinggi antara 4,76
– 9,22 miligram per liter.
Barang-barang tersebut
bila digunakan dalam keadaan dingin sebenarnya tidak berbahaya. Tetapi
sangat berbahaya bila wadah-wadah ini dipakai untuk menaruh bahan
makanan panas seperti membuat minuman teh, kopi, atau makanan berkuah
panas.
Bahaya Paparan Formalin
Formalin masuk ke dalam
tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu mulut dan pernapasan.
Sebetulnya, sehari-hari kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar.
Polusi yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik, mengandung
formalin yang mau tidak mau kita hirup, kemudian masuk ke dalam tubuh.
Asap rokok atau air hujan yang jatuh ke bumi pun sebetulnya juga
mengandung formalin.
Formalin sangat
berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang
ditimbulkan dapat berupa : luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran
pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia. Jika kandungan
dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat
di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel
yang menyebabkan kerusakan pada organ tubuh. Formalin merupakan zat yang
bersifat karsinogenik atau bisa menyebabkan kanker. Beberapa penelitian
terhadap tikus dan anjing pemberian formalin dalam dosis tertentu
jangka panjang secara bermakna mengakibatkan kanker saluran cerna
seperti adenocarcinoma pylorus, preneoplastic hyperplasia pylorus dan
adenocarcinoma duodenum. Penelitian lainnya menyebutkan pengingkatan
resiko kanker faring (tenggorokan), sinus dan cavum nasal (hidung) pada
pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan.
Dalam jumlah sedikit,
formalin akan larut dalam air, serta akan dibuang ke luar bersama cairan
tubuh. Sehingga formalin sulit dideteksi keberadaannya di dalam darah.
Imunitas tubuh sangat berperan dalam berdampak tidaknya formalin di
dalam tubuh. Jika imunitas tubuh rendah atau mekanisme pertahanan tubuh
rendah, sangat mungkin formalin dengan kadar rendah pun bisa berdampak
buruk terhadap kesehatan. Usia anak khususnya bayi dan balita adalah
salah satu yang rentan untuk mengalami gangguan ini. Secara mekanik
integritas mukosa (permukaan) usus dan peristaltik (gerakan usus)
merupakan pelindung masuknya zat asing masuk ke dalam tubuh. Secara
kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi zat
berbahaya tersebut. Secara imunologik sIgA (sekretori Imunoglobulin A)
pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal
zat asing masuk ke dalam tubuh. Pada usia anak, usus imatur (belum
sempurna) atau sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal
berfungsi sehingga memudahkan bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh sulit
untuk dikeluarkan. Hal ini juga akan lebih mengganggu pada penderita
gangguan saluran cerna yang kronis seperti pada penderita Autism,
penderita alergi dan sebagainya.
Menurut IPCS
(International Programme on Chemical Safety), secara umum ambang batas
aman di dalam tubuh adalah 1 miligram per liter. IPCS adalah lembaga
khusus dari tiga organisasi di PBB, yaitu ILO, UNEP, serta WHO, yang
mengkhususkan pada keselamatan penggunaan bahan kimiawi. Bila formalin
masuk ke tubuh melebihi ambang batas tgersebut maka dapat mengakibatkan
gangguan pada organ dan system tubuh manusia. Akibat yang ditimbulkan
tersebut dapat terjadi dalam waktu singkat atau jangka pendek dan dalam
jangka panjang, bisa melalui hirupan, kontak langsung atau tertelan.
Akibat jangka pendek
yang terjadi biasanya bila terpapar formalin dalam jumlah yang banyak,
Tanda dan gejala akut atau jangka pendek yang dapat terjadi adalah
bersin, radang tonsil, radang tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan,
lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual, diare dan muntah. Pada
konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.
Bila terhirup formalin
mengakibatkan iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan,
rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk. Kerusakan
jaringan sistem saluran pernafasan bisa mengganggu paru-paru berupa
pneumonia (radang paru) atau edema paru ( pembengkakan paru).
Bila terkena kulit
dapat menimbulkan perubahan warna, kulit menjadi merah, mengeras, mati
rasa dan ada rasa terbakar. Apabila terkena mata dapat menimbulkan
iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya sakit, gata-gatal,
penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan
berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air
mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata.
Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar,
sakit menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan ,
sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah),
kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan
hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan
ginjal.
Meskipun dalam jumlah
kecil, dalam jangka panjang formalin juga bisa mengakibatkan banyak
gangguan organ tubuh. Apabila terhirup dalam jangka lama maka akan
menimbulkan sakit kepala, gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan,
batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada
ginjal dan sensitasi pada paru. Gangguan otak mengakibatk efek
neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, gangguan emosi,
keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi, daya ingat berkurang dan
gangguan perilaku lainnya. Dalam jangka panjang dapat terjadi gangguan
haid dan kemandulan pada perempuan. Kanker pada hidung, ronggga hidung,
mulut, tenggorokan, paru dan otak juga bisa terjadi.
Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta
memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada
kulit, dan terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung. Jika terkena
mata, bahaya yang paling menonjol adalah terjadinya radang selaput
mata. Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan,
muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan,
penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada.
Penanganan Bila Terpapar Formalin
Bila terkena hirupan
atau terkena kontak langsung formalin, tindakan awal yang harus
dilakukan adalah menghindarkan penderita dari daerah paparan ke tempat
yang aman. Bila penderita sesak berat, kalau perlu gunakan masker
berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernafasan buatan. Bila
terkena kulit lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena
formalin. Cuci kulit selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak
dan air yang banyak dan dipastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di
kulit. Pada bagian yang terbakar, lindungi luka dengan pakaian yag
kering, steril dan longgar.
Bilas mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata
dikedip-kedipkan. Pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata. Aliri
mata dengan larutan dengan larutan garam dapur 0,9 persen (seujung
sendok teh garam dapur dilarutkan dalam segelas air) secara
terus-menerus sampai penderita siap dibawa ke rumah sakit atau ke
dokter. Bila tertelan segera minum susu atau norit untuk mengurangi
penyerapan zat berbahaya tersebut. Bila diperlukan segera hubungi dokter
atau dibawa ke rumah sakit.
Yang lebih menyulitkan adalah pemantauan efek samping jangka panjang.
Biasanya hal ini terjadi akibat paparan terhadap formalin dalam jumlah
kecil. Dalam jangka pendek akibat yang ditimbulkan seringkali tanpa
gejala atau gejala sangat ringan. Jangka waktu tertentu gangguan dan
gejala baru timbul.
Bagaimana Menyikapinya ?
Isu adanya formalin
yang terdapat dalam bahan makanan dan alat makan sehar-hari ini memang
harus diwaspadai. Tetapi sebaiknya tidak harus disikapi secara
berlebihan. Bukan berarti kita harus sama sekali tidak makan tahu,
bakso, mi basah atau ikan asin. Atau kita tidak harus menghindari bahan
plastik atau melamin untuk alat makan kita. Karena tidak semua bahan
makanan atau alat makan tersebut mengandung formalin. Yang penting
konsumen harus jeli dengan memperhatikan kualitas makanan dan alat makan
yang dibeli atau dipakai.
Untuk alat makan
berasal dari plastik atau melamin, kalau mudah sekali pudar atau kusam,
berarti bahannya banyak yang terkikis maka produk seperti ini perlu
dihindari. Jika tidak yakin akan kualitas produk melamin yang Anda
punya, sebaiknya jangan gunakan piranti makan tersebut untuk makanan
serta minuman panas. Untuk makanan dingin, biasanya tidak berbahaya.
Formalin yang sudah membentuk polimer dalam keadaan dingin sulit untuk
terurai.
Dalam mengonsumsi bahan
makanan kita harus mencermati makanan yang mengandung formalin. Kalau
tahu tahan sampai berhari-hari, kenyal dan padat sangat mungkin
mengandung formalin. Sebetulnya, makanan yang mengandung formalin
memiliki bau yang khas, sehingga bisa dideteksi oleh orang awam
sekalipun.
Pencegahan paparan langsung terhadap formalin harus dilakukan,
khususnya bagi pekerja industri yang memakai formalin. Agar tidak
terhirup gunakan alat pelindung pernafasan, seperti masker, kain atau
alat lainnya yang dapat mencegah kemungkinan masuknya formalin ke dalam
hidung atau mulut. Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap udara
(exhaust fan) yang tahan ledakan. Gunakan pelindung mata atau kacamata
pengaman yang tahan terhadap percikan. Sediakan kran air untuk mencuci
mata di tempat kerja yang berguna apabila terjadi keadaan darurat.
Pencegahan paparan pada kulit sebaiknya menggunakan sarung tangan dan
pakaian pelindung bahan kimia yang tahan terhadap bahan kimia. Hindari
makan, minum dan merokok selama bekerja atau cuci tangan sebelum makan.
Meskipun dampaknya
sangat berbahaya jika terakumulasi di dalam tubuh, sangatlah tidak
bijaksana jika melarang penggunaan formalin. Banyak industri memerlukan
formalin sehingga harus bijaksana dalam menggunakannya. Paling utama
adalah dengan tidak menggunakannya pada makanan, karena masih ada
pengawet makanan yang aman. Depkes atau Badan POM beserta instansi
terkait harus mengawasi secara ketat dan terus menerus dalam masalah
ini.